Mengapa hai jiwaku, engkau tertekan?
Dan mengapa kau gelisah di dalam diriku?
Berharaplah kepada Allah!
Berharaplah kepada Allah!
Sebab 'ku bersyukur padaNya,
Penolongku, Allahku!
S’perti rusa merindukan sungai yang berair,
demikianlah jiwaku merindukan Kau, Allah.
Jiwaku haus pada Allah, pada Allah yang hidup.
Kapan 'ku boleh datang melihat Allah?
Airmataku jadi makananku siang dan malam,
kar’na orang terus berkata: “Dimana Allahmu?”
Ini yang mau ‘ku ingat, saat jiwaku gundah:
waktu ku jalan maju dalam padatnya manusia,
mendahului mereka untuk melangkah,
melangkah menuju ke rumah Allah.
Dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur,
di keramaian orang, di perayaan.